Kamu Bukan Robot: Sebuah Catatan tentang Diam, Luka, dan Kekuatan




Ada saat-saat dalam hidup ketika kita merasa hampa, seperti kehilangan arah, seperti semua energi terbaik yang kita miliki telah tercurah kepada sesuatu yang tidak berbalas. Kita memberikan cinta, perhatian, waktu, dan keyakinan namun yang kembali hanyalah keraguan dan kebingungan. Di saat seperti itu, kita mungkin tergoda untuk terus meminta: meminta kepastian, meminta pengakuan, meminta kehadiran. Namun sesungguhnya, semakin sering kita mengemis perhatian dan mengejar validasi dari luar, kita justru semakin menjauh dari diri kita sendiri.

Mengemis bukan bentuk cinta. Mengharap tanpa dasar bukan bentuk kekuatan.

Sering kali, kita salah dalam bernarasi. Kita menyusun cerita dalam kepala bahwa kalau kita berusaha lebih keras, mencintai lebih dalam, maka semuanya akan berbalik menjadi seperti yang kita inginkan. Tapi kebenarannya tidak selalu seperti itu. Terkadang, cinta tidak disambut. Terkadang, kebaikan disalahpahami. Dan itu bukan salahmu.

Di titik inilah kita mulai memahami arti dari diam.

Banyak yang mengira diam adalah bentuk kelemahan. Tapi sesungguhnya, diam adalah ruang. Diam adalah jeda suci di mana kita mengumpulkan kembali diri kita yang tercerai-berai oleh ekspektasi dan luka. Diam bukan berarti kita menyerah. Bukan berarti kita kalah. Dan diam juga bukan berarti kita tidak peduli.

Diam adalah bentuk perlawanan yang paling sunyi namun paling kuat.

Dalam diam, kita merawat luka yang tidak terlihat. Dalam diam, kita belajar kembali mencintai diri sendiri tanpa syarat. Kita menyadari bahwa kita bukan robot yang harus selalu berfungsi sempurna di mata orang lain. Kita adalah manusia yang punya hak untuk lelah, untuk berhenti, dan untuk memulihkan.

Dan justru ketika kita berhenti berlari mengejar yang palsu, semesta akan mulai bergerak mendekat. Diam yang jernih akan memanggil kembali energi terbaik. Tidak perlu lagi meminta-minta perhatian, karena perhatian yang tulus akan datang kepada mereka yang sudah utuh. Tidak perlu memohon pengakuan, karena eksistensi kita sendiri sudah cukup sebagai bukti.

Kembalilah ke settingan awal bukan dalam arti mengulang semuanya dari nol, tapi dalam arti mengingat siapa dirimu sebelum dunia mengajarkanmu untuk takut ditinggalkan. Di titik nol itulah kamu akan menemukan kembali versi dirimu yang paling murni: penuh potensi, penuh cinta, penuh keberanian.

Kamu harus menang. Bukan untuk membuktikan sesuatu kepada orang lain, tetapi untuk menyelamatkan dirimu sendiri.

Kamu harus utuh. Karena hanya ketika kamu utuh, kamu bisa mencintai tanpa hancur.
Dan percayalah, di dalam dirimu ada kekuatan yang tidak bisa diukur oleh cinta yang ditolak atau janji yang diingkari.
Kamu adalah kekuatan itu sendiri.


#SelfImprovement #KekuatanDiam #kamuadalahkekuatan #Keberlimpahan #Abundance

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penting nya sebuah NICHE yang Passionate dalam membangun Personal Branding .

Berhentilah berfikir sejenak :

Pernah kah kamu mendengar kata LOGICAL FALLACY ?